Monday, May 28, 2012

Manado, Torang Samua Basudara! Part II

Keesokan harinya saya siap untuk wisata laut ke Pulau Bunaken. Sejujurnya alasan utama mengapa saya ingin ke Manado adalah karena saya ingin mengunjungi Bunaken yang merupakan salah satu tempat dengan biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Saya belum pernah mencoba ataupun belajar diving, jadi saya hanya akan snorkeling di sana. Akhirnya saya berangkat melalui Pelabuhan Calaca dan menyewa satu speedboat yang akan setia menemani kegiatan saya di Pulau Bunaken. Saya berkenalan dengan dua pendamping saya, yaitu Daeng dan Fari.


Gambar ki-ka: Pelabuhan Calaca | Speedboat yang kami gunakan untuk ke Bunaken

Meninggalkan Pelabuhan Calaca


Perjalanan menuju Pulau Bunaken memakan waktu selama 45 menit. Untungnya hari itu suasana sangat cerah dan ombak pun terasa tidak terlalu besar. Saat baru berangkat dari pelabuhan, Pulau Bunaken terasa dekat, ternyata saat sudah diperjalanan terasa jauh juga.



Pemandangan menuju Pulau Bunaken


Sesampainya di Pulau Bunaken, kami langsung disapa oleh penduduk setempat untuk menyantap sarapan. Saya memesan nasi uduk dan segelas teh manis hangat sebelum turun ke air untuk snorkeling. Di Bunaken, harga penyewaan snorkel, fin dan wetsuit sudah seragam dan disediakan oleh dinas pariwisata. Untuk penyewaan snorkel dan fin dikenakan seharga Rp 100.000 dan wetsuit seharga Rp 50.000. Dinas pariwisata juga menyediakan kamera bahwa air yang dapat disewa seharga Rp 350.000. Sejujurnya dibanding saat saya ke Karimun Jawa, wisata ke Bunaken termasuk menguras kantong dan spot untuk snorkeling pun terhitung sangat terbatas.

Dari cerita Fari, di Pulau Bunaken ini hanya ada dua agama yaitu Islam dan Kristen dan tempat tinggalnya dibedakan. Ada kampung Islam dan kampung Kristen. Saat perjalanan menuju Pulau Bunaken pun saya bisa melihat adanya gereja di sebelah kanan pulau dan masjid di sebelah kiri pulau, jadi ada batas jelas antara penduduk beragama Islam dengan penduduk beragama Kristen. Fari juga menyatakan bahwa para pemeluk agama Islam lebih banyak menjadi orang-orang kapal untuk menemani wisatawan dan pemeluk agama Kristen mayoritas menjadi nelayan.



Pulau Bunaken


Akhirnya setelah sarapan saya siap untuk snorkeling. Airnya memang sangat jernih dan terumbu karangnya dapat terlihat jelas walau tanpa menggunakan snorkel. Waktu yang paling tepat untuk snorkeling memang pagi hari, sehingga terumbu karangnya dapat terlihat jelas. Ikan-ikan disini juga terhitung banyak dan dapat dengan mudah dipanggil menggunakan biskuit.


Terumbu Karang di Bunaken

Saya bersama bintang laut dan terumbu karang. Pose muka bengep.


Setelah beberapa jam snorkeling, akhirnya tiba waktu makan siang. Untuk makan siang, kita bisa menikmati ikan bakar dan sambal dabu-dabu khas Bunaken. Ikannya besar. Sambalnya juga sangat pedas. Benar-benar santapan yang mantap setelah lelah berenang di laut.


Gambar ki-ka: Sebelum dibakar | Ikan Bakar Sambal Dabu-Dabu


Akhirnya setelah puas snorkeling dan makan siang saya kembali ke Manado.

Dalam perjalanan pulang, saya baru merasakan ramainya Manado. Angkutan umumnya terhitung banyak dan di Manado disebut "Oto" dan saya tak henti-hentinya bertemu dengan kemacetan. Salah satu sumber kemacetan di Manado adalah karena adanya antrian bahan bakar. Jadi asupan bahan bakar di Manado ini katanya memang dari dulu sudah dibatasi. Sehingga kadang pom bensin harus tutup karena tidak adanya lagi bahan bakar. Karena keterbatasan itu, maka setiap kali ada pom bensin yang buka, seluruh kendaraan akan berbondong-bondong mengantri di pom bensin. Menurut supir angkot yang saya ajak ngobrol saat itu, mereka bisa menunggu 1-2 jam hanya untuk mengisi bahan bakar.

Sepanjang perjalanan pulang, saya juga menyadari bahwa Manado ini terlihat sangat asri dikarenakan banyaknya pepohonan di sisi jalan Manado. Tapi tetap saja buat saya yang akrab dengan udara seduk, Manado terasa sangat panas terutama karena saya berada di kawasan dekat pantai. Pepohonan itu tak banyak membantu dan cukup membuat keringat deras mengalir di tubuh saya.

Sunday, May 27, 2012

Manado, Torang Samua Basudara! Part I



Siang itu langit terlihat sangat cerah. Setelah menghabiskan waktu di udara hampir selama empat jam, akhirnya saya mendarat di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Kota Manado terlihat tentram karena begitu keluar dari bandara kita disuguhkan oleh barisan pohon kelapa di sepanjang jalan. Kontur kota Manado termasuk tidak datar, terlihat selama perjalanan ke pusat Kota di isi oleh tanjakan dan turunan yang lumayan curam, hal ini dikarenakan Manado memiliki daerah perbukitan serta pantai.

Sekitar 45 menit perjalanan menuju kota, saya akhirnya tiba di hotel. Kebetulan hotel yang saya tinggali berhadapan langsung dengan garis pantai. Dari kamar yang saya tinggali saya bisa melihat langsung sedikit pemandangan dari kota Manado yang memiliki bukit dan pantai. Saya beruntung tinggal di hotel ini karena dekat sekali dengan lokasi untuk melihat matahari terbenam, yaitu kawasan Boulevard.

Pemandangan kota Manado dari kamar hotel

Menjelang senja, saya akhirnya berangkat menuju spot melihat matahari terbenam. Dari hotel saya tinggal hanya butuh waktu 5-7 menit berjalan kaki untuk sampai disana, hanya saja cuaca terasa sangat panas. Tempat ini disebut Oikano. Sebenarnya di Oikano ini hanya terdapat beberapa restoran kecil yang sengaja memberikan tempat bagi para pengunjung untuk menikmat matahari terbenam. Selain itu, terdapat Monumen Ikan Raja Laut atau yang biasa disebut Coelacanth. Menurut sejarahnya, ikan Coelacanth ini merupakan ikan yang dianggap telah punah 65 juta tahun yang lalu namun pada tahun 1938, seekor Coelacanth muncul dan tertangkap oleh jaring Hiu di Afrika. Sampai akhirnya pada tahun 1998, seekor Coelacanth ditemukan oleh seorang nelayan di Perairan Manado Tua yang diberi nama Ikan Raja Laut. Pada saat itu hanya nelayan setempat yang mengetahui adanya ikan tersebut. Dan pada Mei 2007, seorang nelayang menemukan Coelacanth dan dibawa tepat ke Oikano dan akhirnya dibuatlah monumen Ikan Raja Laut.

Oikano adalah tempat yang tepat untuk menyaksikan matahari terbenam, selain itu kita juga bisa berinteraksi dengan warga lokal yang sedang memancing atau sedang menunggu matahari terbenam. Kawasan ini juga bisa dibilang tidak terlalu ramai, sehingga anda bisa menikmati matahari terbenam dengan nyaman.


(Gambar kiri-kanan: Lokasi Oikano | Berdirilah di atas bintang dan ucapkan permintaan)


Matahari terbenam dan siluet Monumen Raja Ikan Laut

Sunday, May 20, 2012

Another Day



Alam selalu punya cara unik untuk menyapa kesadaranmu.

Kabarnya kau selalu benci apabila sinar matahari menelusup dari jendela kamarmu di pagi hari?
Bersyukurlah, masih ada hangat matahari yang mampu memanjakan kulitmu.

Kabarnya kau selalu benci apabila angin tiba-tiba berhembus dan memporakporandakan tatanan rambutmu?
Bersyukurlah, masih ada angin segar yang bisa kau rasa dengan indramu.

Kabarnya kau selalu benci apabila hujan turun dengan deras?
Bersyukurlah, masih ada waktu bagimu untuk istirahat dari seluruh aktifitasmu sambil menunggu hujan reda.

Kabarnya kau selalu benci apabila langit gelap tanpa bintang?
Bersyukurlah, kau masih dibawah langit yang sama setiap harinya.

Semoga lengkungan senyum senantiasa mengisi harimu.
Semoga rasa semangat terus terpompa di sekujur tubuhmu.
Semoga keberuntungan selalu mengikuti tiap-tiap jejak langkahmu.
Semoga tantangan yang menghadang tak menggoyahkan semangatmu.
Semoga, alam tak pernah lupa untuk mendukungmu.

Teruntuk kamu yang siap menjalani hari, selamat pagi!

Thursday, May 17, 2012

Lombok and Bali Trip











see more at my flickr.

Beberapa foto yang berhasil saya ambil saat liburan ke Lombok dan Bali di awal Mei lalu. Benar-benar liburan yang singkat, tanggal 3 Mei berangkat ke Lombok, tanggal 4 Mei malam sudah terbang ke Bali, dan tanggal 6 Mei siang sudah kembali lagi ke Jakarta. Menyenangkan tapi juga melelahkan, apalagi sebelumnya saya dan keluarga nonton konser L`Arc en Ciel. Belum lagi pada tanggal 7, saya harus gladi resik wisuda. Tanggal 9 Mei-nya saya wisuda. Benar-benar maraton. Oh ya lupa, nyelip satu tanggal 8 Meinya saya ulang tahun :p

Jadi bisa dibilang, walau liburannya cepat dan banyak yang terjadi, ini salah satu hadiah terbaik seumur hidup saya. Dari nonton L`Arc en Ciel, liburan, dan wisuda sarjana!

Karena waktunya begitu singkat buat liburan, saya masih penasaran banget sama Bali dan Lombok. Masih banyak tempat yang belum saya kunjungi, masih banyak foto yang belum saya ambil. Jadi, mudah-mudahan gak lama lagi saya bisa balik lagi ke sana.

Tuesday, May 15, 2012

Sadgenic by Rahne Putri










Beberapa foto diatas adalah beberapa karya saya yang berhasil masuk ke buku Sadgenic karya Rahne Putri. Karena foto saya berhasil masuk, saya dapat 1 buku gratis, 1 CD Lovarian dan secarik sapu tangan dari penerbit. Waktu saya terima bukunya, saya kegirangan karena ada 6 buah foto saya yang masuk ke dalam buku ini! Sebelumnya saya gak ngerti berapa foto yang diterima, makanya saya jadi kaget. Senang sekaliii :)

Oh ya, terima kasih buat Nauval 'Opank' Hafiluddin yang bikin saya ngirim foto ke Rahne Putri.
---------------------------------------------------------------------

Anyway, belakangan saya jarang nulis lagi di blog. Sebenernya banyak yang ingin ditulis disini, tapi benar-benar belum ada waktu untuk nulis semuanya. Semoga setelah ini jadi rajin nulis lagi deh di blog :D