Untuk menyambut tahun 2010, akhirnya saya punya acara bersama teman-teman saya. Karena kehidupan sebagai mahasiswa dipenuhi oleh tugas menumpuk dan minim senang-senang, saya mengusulkan untuk jalan-jalan ke suatu tempat. Pertama, saya mengusulkan ke Jogja. Tapi, setelah beberapa pertimbangan Jogja pasti menjadi salah satu tujuan untuk merayakan tahun baru dan kita ingin menghindari kemacetan ataupun keramaian yang berlebihan. Setelah banyak berdebat, akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke Pantai Santolo, Pameungpeuk, Garut.
Berbekal ke-soktahu-an, saya bilang disana ada penginapan, rute tidak terlalu sulit, jalan mulus, perjalanan tidak terlalu jauh, sampai akhirnya teman-teman setuju untuk pergi kesana. Kami memutuskan pergi dengan menggunakan mobil, tentu saja supir langganan kami Fahmi. Lalu para pengikut yaitu saya, Rei, Dewa, Roni, Solpamili, dan Alex.
Starting point kami tentu saja Jatinangor tercinta. Namanya juga anak muda, janjian pukul 07.00 datangnya jam 10.00. Saat sedang menunggu teman-teman saya dan Alex memutuskan untuk membeli beberapa peralatan untuk bakar-bakar di sana. Kami membeli jagung, sosis, bakso, dan beberapa saos pelengkap. Lalu kami membeli tungku pas-pasan yang murah harganya, tusuk sate, arang, minyak dan tentu saja kembang api. Tidak lupa membeli beberapa cemilan yang akan menemani kita dalam perjalanan. Dan lagi-lagi, namanya juga mahasiswa, setelah membeli ini-itu kami menghitung berapa biaya yang harus kita habiskan bersama.
Akhirnya pukul 10.00 pagi kami berangkat dari Jatinangor. Dalam mobil ini, yang tidak banyak pusing tentang rute hanya saya. Padahal saya sendiri belum pernah ke Pameungpeuk, jangankan Pameungpeuk ke Garut pun hanya sekali. Kami sempat tersasar sedikit-sedikit tapi tidak terlalu menghabiskan waktu. Banyak sekali penunjuk jalan yang membuat kami tidak kesulitan untuk mencari rute ke Pameungpeuk.
Dengan pengetahuan kami bahwa dari Jatinangor ke Garut hanya memakan waktu 1 jam. Kami semua sudah terlalu excited dengan memikirkan pantai yang akan kami lihat dalam waktu kurang lebih 3 jam lagi. Tapi ternyata, perjalanan ini sangat jauh. Ya, tidak sesuai seperti yang kami harapkan. Kami tertidur di mobil, kami juga menghabiskan cemilan yang sudah kami bawa, menonton film di mobil, sampai akhirnya kita kelaparan tapi ternyata sepanjang jalan kami kesulitan menemukan tempat makan, terutama setelah masuk ke daerah Pameungpeuk.
Jalanan menuju ke Pameungpeuk sangat sepi. Kami hanya menemukan 2-3 mobil di sepanjang perjalanan menuju Pameungpeuk. Kami mulai berpikir, “Apa sesepi itu ya Pantai Santolo?”. Tapi tentu saja hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami. Perjalanan menuju Pameungpeuk juga berliku-liku. Kami melewati bukit-bukit, naik-turun, kelak-kelok, mohon dicatat belokannya pun pendek-pendek dan sedikit membuat anda mual-mual.
Setelah perjalanan yang begitu panjang, akhirnya pukul 15.00 kami sampai di Pantai Santolo. Kami semua secara spontan langsung berteriak: “Itu pantainya......!”, seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru. Ternyata Jatinangor-Pantai Santolo memakan waktu 5 jam. Memang tidak terlalu lama, tetapi tidak sesuai dengan apa yang ada di pikiran kami. Sesampainya di Santolo, kami langsung mencari tempat makan. Tanpa basa-basi kami langsung masuk ke rumah makan yang menyediakan seafood.
Sisa-sisa makanan para pelahap maut
Kami makan dengan begitu lahap, meminta tambahan sambal, nasi pun banyak dan ternyata harga makanannya mahal. Kami semua hanya geleng-geleng kepala, karena sambal pun dikenakan biaya. Tapi yasudahlah, makanannya juga sudah masuk ke perut. Ikhlaskan saja.
Setelah makan, kami mencari penginapan. Di sekitar pantai, hampir setiap rumah disana dipaksakan untuk menjadi penginapan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya 2x2, satu tempat tidur yang mungkin dari busa, satu bantal, lampu dengan cahaya yang sangat minim, kamar mandi luar dan dengan kisaran harga Rp 50.000-Rp 150.000.
Akhirnya kami mendapatkan satu penginapan yang agak jauh dari Pantai Santolo. Namanya "Citra Agung". Kamarnya yang kami sewa cukup luas dengan tarif Rp 225.000. Fasilitasnya: 1 tempat tidur King Size, 2 single bed, 1 TV, 1 kipas angin dan kamar mandi dalam! Kamar ini bisa menampung lebih dari tujuh orang. Dengan keterbatasan kami dalam masalah keuangan, kami menawar harga penginapan menjadi Rp 210.000, artinya setiap orang dalam kelompok kami hanya membayar Rp 30.000.
Ombak yang besar
Bermain di Pantai!
Setelah itu kami habiskan waktu dengan bermain di pantai dan menyaksikan sunset. Kami tidak henti-hentinya bermain air dan menerjang ombak yang cukup besar. Kami tertawa, saya mengambil beberapa foto, dan ada juga yang sedang memadu kasih. Setelah menyaksikan sunset, kami kembali ke penginapan untuk membersihkan diri dan beristirahat.
Waktu menunjukkan pukul 22.30 dan kami bersiap-siap untuk pesta bakar. Kami menyiapkan segala peralatan untuk bakar-bakar dan tentu saja dengan kembang api yang sudah kita beli sebelumnya. Kami juga membuat api unggun untuk menghangatkan malam yang berangin di Pantai Santolo.
Dan akhirnya kami melewati pukul 00.00 WIB di Pantai Santolo, Pameungpeuk, Garut bersama teman-teman terbaik yang pernah ada, ditemani api unggun, jagung-sosis-baso bakar, kembang api, desiran ombak, dan dinginnya pasir yang kami injak. Happy new year everyone!
Waaaah teteh, seneng banget yaa.
ReplyDeletePantai Santolo konon masih perawan ya teh?
Ngambil video di sana ga teh?
Haloh dedennnn!! Aku mah gak ada alatnya buat ngambil video, hiks :'(
ReplyDeletelain dulu lain sekarang...semua sudah berubah sesuai jamanya...pantai sayangheulang sekarang lebih cantik..mampir ya..ke penginapan karanglaut santolo sayangheulang ..082129705000...
ReplyDelete