Tuesday, May 31, 2011

Longing



Taken by Annisa Utami Seminar


♬♪♩ Backsound: Hamburg Song - Keane

Aku disini. Kamu disana.
Entah apa yang telah memisahkan kita.
Jarak? Waktu? Pandangan? Ruang dan Dimensi? Hati?
Perbedaan.
Betapa orang mengagung-agungkan perbedaan!
Perbedaan itu membawa penyakit, entah di hatimu atau di dalam otakmu.
Perbedaan itu selalu ada, tapi tidak selalu membawamu pada kesukacitaan.
Karena nyatanya, perbedaan telah memisahkan aku dengannya.

I lay myself down...
To make it so, but you don’t want to know
I’d give much more than I’d ever ask for....

------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini bisa dibilang curahan hati saya entah beberapa bulan yang lalu. Tapi sekarang, seluruh rasa sakit itu hanya sebuah memori dan saya memilih untuk tidak terus hidup di dalamnya. Memori adalah sesuatu yang dirasakan dengan senyuman bukan tangisan. Karena kita telah maju dan tak lagi merasa sakit akibat apa yang telah kita lakukan. Hidup itu untuk masa depan, bukan untuk memori. Anyway, selamat bulan Juni! Semoga janji-janji Juni kalian tercapai!

Tuesday, May 17, 2011

Tangkuban Parahu Crater: The Legend of Sangkuriang

Oke, trip ke Tangkuban Parahu ini sebenarnya sangat singkat dan jujur saja saya bingung harus bercerita dari mana.

Kebetulan hari ini, orang tua saya sedang berkunjung ke tempat tinggal saya sekarang yaitu Jatinangor. Kedatangan mereka kesini tentu saja bukan tanpa alasan, mereka ingin berjalan-jalan sejenak. Karena mereka belum pernah mengunjungi Tangkuban Parahu (dan begitu juga saya), maka saya mengajak mereka kesana.


A panoramic photographs taken by me


Rute ke Tangkuban Parahu cukup mudah, terus saja menuju Lembang dan ikuti penunjuk arah yang ada. Jalannya memang lumayan berkelak-kelok tapi tidak terlalu memusingkan. Perlu dimaklumi karena daerah ini merupakan daerah wisata yang cukup terkenal, banyak sekali retribusi yang perlu kami bayar selama perjalanan menuju Tangkuban Parahu. Begitu anda mencapai pintu gerbangnya pun, banyak sekali orang lokal yang akan menawarkan anda angkutan untuk sampai di Tangkuban Parahu (karena untuk mencapai ke Tangkuban Parahu tidak ada angkutan umum). Saya kurang tahu berapa tarifnya karena saya menggunakan kendaraan pribadi, tetapi saya cukup banyak mendengar cerita dari teman ataupun saudara yang sering ditawarkan tarif dengan harga sangat mahal alias tidak masuk akal, sehingga banyak yang kecewa dengan fasilitas wisata disini.


Teman baik saya, Fransiska.


Sesampainya di Tangkuban Parahu, anda akan disuguhkan pemandangan pegunungan yang berwarna keabu2an dan sedikit pohon-pohon hijau yang tidak terlalu tinggi. Yang dapat anda saksikan disini hanyalah Kawah Tangkuban Parahu ini. Di kawasan wisata ini juga disediakan semacam museum Tangkuban Parahu, yang sedikit banyak menceritakan tentang proses alamiah terbentuknya kawah Tangkuban Parahu dan mitos yang sering dikaitkan dengan Tangkuban Parahu. Saya yakin sudah banyak sekali yang mengetahui mitos tersebut dan dengan sangat mudah dapat anda temukan di Google.


Saya dengan latar belakang Kawah Tangkuban Parahu


Seperti yang sudah kalian baca, tidak terlalu banyak yang bisa saya ceritakan mengenai Tangkuban Parahu. Bagi anda yang belum pernah kesana, kunjungilah Tangkuban Parahu untuk menghilangkan rasa penasaran anda pada mitos Sangkuriang yang sudah anda kenal dari sejak kecil.




Sunday, May 15, 2011

Indonesia's Treasure: Karimunjawa Islands

Kali ini, saya dan teman-teman saya berlibur ke Kepulauan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Saya akan menceritakan dengan lengkap bagaimana pengalaman saya pergi kesana, karena Kepulauan Karimun Jawa adalah salah satu tempat wisata atau liburan yang murah dan indah.

Diawali dengan usaha kita mencari cara untuk berangkat ke Karimun Jawa melalui Google, kami banyak mendapatkan situs-situs travel yang memberikan paket-paket menarik liburan ke Karimun Jawa. Setelah banyak mencari dan membandingkan, kami menemukan satu travel yang harga paketnya lebih murah, yaitu Rp 475.000 tetapi belum termasuk dengan tiket perjalanan pulang-pergi dari kota asal. Dengan harga tiket bis dari Jatinangor ke Jepara seharga Rp 95.000, maka total pengeluaran kami untuk liburan ke Kepulauan Karimun Jawa hampir mencapai Rp 700.000. Untuk mahasiswa seperti kami, angka Rp 700.000 tentu saja membuat kami berpikir ulang. Sampai pada akhirnya, kami setuju untuk berangkat tanpa travel alias backpacking.

Kami berangkat pada hari Jum’at, 15 April 2011 pada pukul 21.00. Kami menggunakan bis malam Santika yang tiketnya sudah termasuk dengan makan malam. Ada beberapa bis malam lain yang harga tiketnya lebih murah, namun tidak termasuk dengan makan malam. Karena berangkat pada malam hari, selama perjalanan kami hanya tertidur dan kadang-kadang kami terbangun diselingi obrolan-obrolan dan candaan-candaan kecil.





Alun-alun Jepara


Akhirnya pukul 06.00 kami sampai di alun-alun Jepara. Begitu turun dari bis, dengan kaki dan punggung pegal, udara Jepara sangat menyenangkan. Matahari bersinar terang, penduduk sekitar banyak yang sedang jogging di sekitar alun-alun, kota ini juga tidak terlalu ramai, dan jalanannya termasuk bersih. Di alun-alun ini, kami ditawarkan oleh para tukang becak untuk ke Darmaga Kartini, yaitu darmaga yang akan mengantar kami ke kepulauan Karimun Jawa. Mereka awalnya menawarkan Rp 20.000/becak, namun setelah melalui proses tawar-menawar yang alot akhirnya kami mendapatkan harga Rp 15.000/becak.





Di Becak, menuju dermaga Kartini


Perjalanan dari alun-alun Jepara ke Darmaga Kartini memakan waktu kurang lebih 15 menit, apabila ada yang ingin berjalan bisa saja tetapi mungkin akan sangat melelahkan. Dan, bagi anda yang belum membawa uang tunai, lebih baik mampir dulu ke ATM karena di Kepulauan Karimun Jawa tidak ada ATM sama sekali. Salam perjalanan di becak, saya menikmati atmosfir di kota Jepara. Jalanannya tidak terlalu ramai, pohon-pohon berjejer dengan rapih, dan tidak terlalu banyak sampah. Kalau saja ada waktu, tadinya kami ingin berwisata dulu di Jepara.





Kapal Muria yang akan kami naiki


Sesampainya di Dermaga Kartini, kami harus membayar tiket masuk seharga Rp 1.000/becak. Setelah itu kami diantarkan sampai ke loket pembelian tiket kapal. Harga tiket Kapal Muria yang akan kami naiki adalah Rp 30.500 dan kapal akan berangkat pada pukul 09.00. Karena keberangkatannya masih agak lama, maka kami memutuskan untuk sedikit membersihkan diri seperti mencuci muka dan sikat gigi, namun kamar mandi yang tersedia ternyata air kerannya terasa asin. Sehingga kami memutuskan untuk cuci muka dan sikat gigi menggunakan air minum kami. Tapi ternyata, di masjid ada kamar mandi yang jauh lebih bersih. Saat itu kami tidak tahu kamar mandi di masjid sudah bisa dipakai, karena saat kami datang kesana masjidnya masih dalam pembangunan.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, kami memutuskan untuk mencari sarapan. Di sekitar dermaga banyak sekali tenda-tenda yang berjejer, namun saat itu hanya satu tenda yang buka. Di tenda tersebut menyediakan berbagai macam makanan dari Nasi Rames, Bakso, Gado-Gado, sampai Soto Ayam dan dengan harga murah. Saya memesan Nasi Soto Ayam dan Es Teh Manis seharga Rp 5.000 saja, sangat murah namun mengenyangkan. Di warung makan ini juga diperbolehkan untuk mengisi baterai telepon genggam dengan gratis. Pemiliki warung makan ini sangat baik, seorang Ibu yang sangat ramah. Ia bercerita tentang orang-orang yang sebelumnya pernah makan di warung ini dan juga memiliki rencana seperti kami, yaitu berlibur ke Kepulauan Karimun Jawa.

Sekitar pukul 08.00, kami memutuskan untuk masuk ke kapal dan mengambil tempat duduk. Namun ternyata, tempat duduknya sudah sangat penuh sehingga kami memutuskan ke bagian kapal yang paling atas, kosong tanpa tempat duduk. Akhirnya kami duduk-duduk saja disana tanpa alas dan tas sebagai bantal serta tersorot matahari yang sangat panas. Walau panas, tapi kami semua tetap excited karena kami akan bersenang-senang di Kepulauan Karimun Jawa.





Lumba-lumba


Perjalanan dari Dermaga Kartini ke Kepulauan Karimun Jawa memakan waktu selama 6 jam. Baru dalam 3 jam perjalanan saja, saya sudah bisa melihat garis nyata antara ujung celana jeans saya dan kaki saya. Ya, kulit kami belang. Benar-benar besar efek berjemur selama 3 jam di atas kapal. Teman-teman saya yang lain pun sudah terlihat lebih kusam dibanding sebelumnya. Selain kulit yang belang, posisi kami pun sudah berubah-ubah dari semenjak keberangkatan. Awalnya kami duduk sila, lalu tertidur, lalu berjalan-jalan disekitar kapal, jongkok, berteduh menggunakan baju kami yang kami bawa. Obrolannya pun sudah beragam, dari ngomongin orang, mencaci maki teman, bercanda, membicarakan mantan, bernyanyi mendengarkan mp3, nyemil, bahkan mengagumi langit dan laut pun sudah. Dan kami sempat melihat lumba-lumba! Saat melihat lumba-lumba kami semua teriak-teriak seperti anak kecil: “Iiiih, ada lumba-lumba!!!”.





Pelabuhan Karimun Jawa


Akhirnya pukul 15.00 kami tiba di dermaga Kepulaun Karimun Jawa. Begitu kami turun, banyak sekali penduduk lokal yang menawarkan kendaraan untuk mencari penginapan tapi kami takut nanti akan diberikan harga penginapan yang lebih mahal. Wisatawan lainnya pun menggunakan tour&travel sehingga mereka sudah tidak perlu pusing-pusing mencari kendaraan untuk menuju pusat Kepulauan Karimun Jawa. Sedangkan kami masih kebingungan, apa pusat Karimun Jawa itu masih jauh dari dermaga? Apakah perlu menggunakan motor, mobil atau pick up? Namun akhirnya, kami memutuskan untuk jalan kaki saja, sekaligus mencari penginapan.

Kami sempat menemukan beberapa penginapan, namun belum cocok dan kami pikir masih terlalu jauh dari pusat Kepulauan Karimun Jawa. Jujur, kami semua sudah sangat lelah apalagi hari itu panas sekali dan memang lumayan jauh dari dermaga ke pusat Kepulauan Karimun Jawa. Karena belum mendapatkan penginapan yang cocok, kami memutuskan untuk beristirahat di Masjid satu-satunya di Kepulauan Karimun Jawa.

Kami selonjoran disana sambil memakan cemilan-cemilan yang tersisa, sampai akhirnya ada seorang Mas-mas yang menghampiri kami. Tanpa basi-basi ia langsung menawarkan penginapan kepada kami: “Mbak, mas saya langsung aja ya tawarin penginapan harga per orang, saya kasih Rp 15.000 per orang, kebetulan saya kenal sama yang punya penginapannya. Gimana mbak mas? Mau liat dulu gak?”. Jujur saya langsung tertarik untuk lihat penginapannya, karena harganya sangat murah. Ternyata letak penginapan ini betul-betul berdekatan dengan masjid, jadi kami tidak perlu berjalan lebih jauh lagi.





Gemilang Home Stay


Setelah melihat penginapan ini, saya langsung merasa cocok. Di bagian depan penginapan ini, ada 4 kamar, dimana 2 kamar lainnya tidak memiliki kamar mandi dalam. Tempat tidurnya cukup untuk bertiga, walau agak sempit. Untuk ukuran penginapan dengan harga Rp 15.000, tentu saja termasuk nyaman karena tempatnya juga sangat bersih. Mas ini juga membiarkan kami mengambil kamar yang mana pun, pokoknya tarif kamarnya Rp 15.000/orang. Akhirnya kami mengambil keempat kamar tersebut, yang memiliki kamar mandi dalam ditinggali oleh perempuan dan sisanya oleh laki-laki. Oh ya, nama penginapan ini adalah “Gemilang Home Stay” dan nama Mas yang menawari penginapan namanya Mas Nuril.





Senja Perdana di Karimun Jawa


Sesampainya di penginapan kami langsung membersihkan diri dan merencakan untuk melihat matahari terbenam pertama kami di Karimun Jawa. Kami menyaksikan matahari terbenam di darmaga lama Karimun Jawa, lokasinya berdekatan dengan alun-alun Karimun Jawa. Senja hari itu sungguh indah. Awannya membentuk lengkungan-lengkungan dikelilingi oleh warna-warna cantik dari pancaran matahari terbenam. Indah. Menyaksikan senja yang cantik, bersama teman-teman dalam sebuah petualangan, apalagi yang kurang? (Kalau kata teman saya sih, kurang pasangan). Selagi menikmati senja hari itu, saya dan teman-teman sempat membicarakan banyak hal. Kami membicarakan masa depan, keinginan untuk datang lagi kesini, intinya kami kurang lebih berbagi di kala menyaksikan senja. What an unforgetable moment.

Setelah asyik menyaksikan senja yang romantis, perut kami sudah meronta-ronta diisi makanan. Mas Nuril mengajak kami menikmati makan malam di satu-satunya warung makan yang paling memadai di Karimun Jawa. Kenapa saya bilang memadai? Karena di alun-alun Karimun Jawa ini, tidak ada warung makanan lain sisanya hanya gerobak-gerobak yang menjual bakso ikan, siomay, dan sate. Warung makan yang satu ini sifatnya prasmanan, jadi bisa mengambil nasi sendiri (ini sangat penting, terutama bagi mahasiswa) dan pilihan lauknya pun banyak dari ikan, ayam, telur, dan sayur-sayuran. Harganya pun tidak terlalu mahal, standar makanan mahasiswa. Warung makanan ini buka dari jam 6 pagi, saya kurang mengerti tutupnya jam berapa, yang jelas kalau sudah terlalu malam pilihan lauknya sudah tidak terlalu banyak.

Setelah menikmati makan malam, kami kembali ke penginapan. Di penginapan, kami dan Mas Nuril membicarakan rencana kami untuk esok hari. Mas Nuril menanyakan tentang pulau yang ingin kami datangi, susunan acara dan juga masalah makanan untuk kami di siang hari. Awalnya, Mas Nuril menjelaskan bahwa hal-hal yang harus kami perhatikan adalah: menyewa kapal, menyewa alat snorkeling dan pelampung serta membayar tour guide yang tak lain tak bukan adalah Mas Nuril. Untuk menyewa kapal, Mas Nuril menjelaskan bahwa kapal yang akan disewa adalah kapal nelayan dengan harga Rp 350.000/hari. Untuk alat snorkeling dan pelampung, harganya Rp 25.000/hari dan untuk tour guide, kami membayar Rp 75.000/hari. Dan untuk masalah makan, sebenarnya kami bisa saja memesan makan pagi-malam pada Ibu penginapan seharga Rp 15.000/orang, namun kami rasa harga tersebut agak mahal, sehingga kami hanya memesan untuk makan siang. Karena kami akan makan siang disela-sela aktifitas snorkeling dan Mas Nuril pun sudah menjelaskan, di pulau-pulau yang akan kami singgahi tidak ada tempat makan sama sekali.

Seperti yang dilihat dari harga yang saya tulis diatas, penting untuk membawa kelompok 8-10 orang karena akan membuat beban uang yang dikeluarkan lebih murah.





Kapal nelayan yang kami sewa


Keesokan harinya, kami semua sudah siap untuk berangkat. Kami menuju dermaga lama Karimun Jawa sambil membantu Mas Nuril membawa peralatan kami ke kapal yang akan kami sewa. Mas Nuril sudah menyiapkan pelampung, alat snorkel, alat makan, dan ikan yang akan kami bakar nanti siang. Dan akhirnya kapal kami menjauhi dermaga lama Karimun Jawa.





Saya lagi snorkeling. Seperti paus.


Cuaca hari ini agak mendung, bahkan sempat gerimis sampai akhirnya kami sampai di Pulau Menjangan Kecil. Ini adalah salah satu spot pertama kami untuk snorkeling. Saya dan teman-teman saya satu per satu turun dari kapal, ada beberapa dari kami yang masih agak takut untuk nyemplung ke laut, padahal sudah memakai pelampung. Namun pada akhirnya kami semua terbiasa dengan pelampung dan alat snorkel yang kami gunakan. Saya adalah seseorang yang memiliki minus lumayan besar, sehingga saya harus melepas kacamata saya untuk memakai alat snorkel, tetapi ternyata minus mata saya sama sekali bukan penghalang. Saya tetap bisa melihat pemandangan dunia bawah bawa laut. Ikan-ikan dan terumbu karang disana terlihat sangat mencolok karena warnanya yang beragam. Saya tidak merasa kesulitan untuk melihat kesana kemari di bawah laut, karena airnya begitu jernih... Indah sekali... Setelah dari Pulau Menjangan Kecil, kami menuju spot lain tapi saya lupa namanya apa karena banyak sekali Pulau yang kami datangi. Setelah puas snorkeling akhirnya kami ke Pulau Cemara Besar untuk beristirahat, makan siang, dan solat.

Di Pulau Cemara Besar ini ada warung yang menjual macam-macam gorengan dan minuman. Gorengannya enak-enak, terutama tahu isinya. Tahu isi ini gak seperti Tahu isi yang biasa saya temukan di Jatinangor, Bogor, ataupun Jakarta, karena tahu isi ini isinya bakso ikan. Saya yakin bakso ikan disini gak banyak bohongnya, pasti 98% benar-benar mengandung dari ikan, sisanya tepung. Rasanya enak sekali, rasa ikannya benar-benar terasa. Tidak seperti bakso ikan yang bisa anda beli di supermarket atau tukang sayur. Saya sampai lupa mengambil berapa biji tahu isi itu, soalnya rasanya enak sekali. Disaat kami sedang makan gorengan dan foto-foto, Mas Nuril dan Bapak pemilik kapal yang kami sewa sedang menyiapkan makan siang kami, yaitu Ikan Bakar asli Karimun Jawa. Ukuran ikannya ternyata besar sekali, tapi karena kami semua pagi ini tidak sarapan dan terlalu bersemangat untuk snorkeling tentu saja perut kami terasa sangat kosong.




 
Ikan Bakar


Setelah Ikan Bakar siap, akhirnya kami menyantap makan siang kami. Nasinya banyak sekali yang disediakan, termasuk sayur dan sambalnya. Enaknya mantap! Rasanya tidak rugi membayar Rp 15.000 untuk sekali makan di pulau cantik seperti ini. Setelah puas mengisi perut, kami solat dan kembali naik ke kapal.

Spot selanjutnya adalah Pulau Menjangan Besar. Aktifitas kami disana tidak lain tidak bukan adalah snorkeling. Sehari ini kami begitu menikmati waktu saat snorkeling, kami mencari-cari makhluk hidup bawah laut yang jarang kami lihat. Kami melihat Bulu Babi, Cumi-cumi yang bergerombol, Ikan Karang yang berwarna-warni, bahkan teman saya sempat melihat Ikan Pari. Tidak ada rasa bosan selama kami snorkeling di Kepulauan Karimun Jawa ini.

Karena cuaca agak mendung hari ini, Mas Nuril mengubah rencana kami untuk menyaksikan matahari terbenam di Tanjung Gelam. Acara penutup hari ini adalah mengunjungi penangkaran Hiu. Saya sedari awal sudah sangat ingin bertekad untuk bisa berenang bersama hiu-hiu ini, sehingga saya benar-benar tidak ada keraguan untuk masuk ke kolam. Tapi ternyata saat sampai disana dan melihat teman-teman pun agak ragu, saya pun jadi agak ragu, “Kok gak ada yang mau turun ya?”, sampai akhirnya kami semua saling menunjuk siapa yang akan turun duluan, ketika Gigih berani untuk turun akhirnya teman-teman lain pun berani untuk turun. Saya pun puas! Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.

Acara hari ini pun selesai, kami kembali ke penginapan. Sesampainya di penginapan kami membersihkan diri dan sholat, kemudian langsung mengejar sunset berikutnya di dermaga lama Karimun Jawa. Kali ini kami lebih banyak mengambil foto dengan latar belakang sunset dan entah berapa kali kami mengatakan, “Hari ini Subhanallah sekali!”. Ya, memang hari ini sangat menyenangkan sekali.

Hari berikutnya, rencana kami tidak terlalu berbeda. Kami snorkeling di Pulau Gosong, Pulau Cemara Kecil, Pulau Tengah, dan Pulau Kecil. Hari ini spot yang kami kunjungi jauh lebih bersih airnya. Warna airnya benar-benar biru muda dan pemandangan yang kami saksikan hari ini jauh lebih menakjubkan, selain karena cuaca hari ini yang sangat cerah. Hari ini, kami makan siang di Pulau Cemara Kecil dan menu makan siang hari ini pun berbeda. Ikan yang dipilih oleh Mas Nuril adalah Ikan Karang yang warnanya sangat cantik, saya pun memesan kepada Mas Nuril kalau saya ingin makan Ikan Karang yang berwarna hijau kebiruan, warnanya benar-benar cantik tapi itu tidak membuat saya tidak ingin memakannya. Dan hari ini Mas Nuril menyediakan Kelapa Muda, nikmat sekali...... Cuaca cerah, pemandangan indah, bersama teman-teman di pinggir pulau, menikmati Kelapa Muda segar... Mantap!





Sunset di Tanjung Gelam


Acara hari ini ditutup dengan menyaksikan matahari terbenam di Tanjung Gelam. Menurut Mas Nuril, Tanjung Gelam adalah lokasi terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam. Di Tanjung Gelam kami bermain-main dan mengambil foto sambil menunggu matahari terbenam. Kami mencari spot yang paling pas untuk menyaksikan matahari terbenam, ada semacam kumpulan bebatuan di ujung Tanjung Gelam dan kami memutuskan untuk disana. Dan ternyata benar, matahari terbenam yang kami saksikan benar-benar indah. Mataharinya terlihat bulat sempurna, berwarna kemerahan, perlahan-lahan turun seperti membakar lautan... Matahari terbenam terindah yang pernah saya lihat.

Malam ini seperti biasa kami makan malam di alun-alun Karimun Jawa dan setelahnya kami membeli beberapa souvenir khas Karimun Jawa untuk beberapa teman di Jatinangor. Harganya relatif murah dibandingkan membeli souvenir di Bali ataupun di Pantai Pangandaran, bahkan masih bisa ditawar. Setelah membeli souvenir, kami kembali ke penginapan dan masih merasa sayang untuk pulang esok hari.

Pagi hari ini akhirnya kami akan meninggalkan Kepulauan Karimun Jawa, Mas Nuril bolak-balik mengantarkan kami menggunakan motornya dari penginapan ke Darmaga Karimun Jawa. Mas Nuril benar-benar baik dan ramah kepada kami, Mas Nuril juga sudah mulai terbiasa dengan candaan-candaan dari kami dan beliau berkali-kali mengatakan, “Kesini lagi mas-mbak, pasti saya temenin...”. Dan pada pukul 08.00, Kapal Muria kami meninggalkan Karimun Jawa. So long Karimun Jawa, thank you for those beautiful scenery and unforgetable moments you gave me. Saya pasti datang lagi ke Karimun Jawa.

Tips bagi kalian yang ingin liburan dengan murah ke Karimun Jawa:
  1. Menggunakan travel memang akan memberikan anda kepastian tentang akomodasi dan konsumsi, serta dokumentasi dan memang ada harga yang pas untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Namun bagi anda yang benar-benar ingin menekan pengeluaran, lebih baik tidak menggunakan travel. Dari pengalaman saya, apabila tidak sedang high season, memesan penginapan sebelum keberangkatan tidak menjadi masalah, sebaliknya apabila anda berangkat saat sedang liburan lebih baik memesan penginapan terlebih dahulu. Apabila anda ingin mencari penginapan cari saja di Google, sudah banyak sekali informasi yang tersedia.
  2. Sekali lagi untuk menekan harga, berangkatlah dengan anggota kelompok yang besar. Minimal 8-10 orang, sehingga biaya patungan akan terasa lebih ringan.
  3. Di Kepulauan Karimun Jawa, listrik dipadamkan dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00. Sebenarnya ini bukan masalah besar, karena sudah pasti anda akan lebih sibuk menikmati liburan daripada memainkan gadget anda.
  4. Tidak usah banyak-banyak membawa baju. Baju yang anda pakai pada hari sebelumnya bisa anda gunakan untuk snorkeling. Sehingga semua baju kotor anda adalah baju basah, berhubung cuaca di Karimun Jawa sangat panas, baju anda akan kering dengan cepat apabila di jemur. Dan setiap hari anda tidak akan sempat ganti baju di pulau, karena memang tidak ada tempat untuk mengganti pakaian.
  5. Tidak ada ATM di Kepulauan Karimun Jawa. Sebelum menuju Dermaga Kartini, sebaiknya anda mengambil uang dahulu di Jepara.
  6. Membawa camera underwater termasuk penting untuk mendokumentasikan aktifitas anda di bawah laut. Terutama bagi anda yang memilih untuk tidak menggunakan travel.
  7. Bagi anda yang ini menghubungi Mas Nuril, ini nomornya 085225869300.s
  8. Nikmati saja semua yang ada disana, saya yakin anda tidak akan menyesal datang ke Karimun Jawa

Sunday, May 01, 2011

Sea Wanderer

*all of these photos were taken by Annisa Utami Seminar at Karimun Jawa Islands, Jepara, Center Java, Indonesia.*














see more at: my flickr.

Trip Nekat ke Yogyakarta - Part V

*lanjutan dari posting sebelumnya*

Senin, 4 April 2010

Hari ini kami bangun lebih pagi daripada biasanya, mengapa? Karena ini hari terakhir kami di Jogja! Jam setengah 6 nanti kita sudah harus ada di Pool Kramat Djati untuk berangkat ke Jatinangor lagi.

Oke, jadwal hari ini adalah ke UGM! Kita pengen liat kaya apa sih UGM itu, berhubung Ariawan udah pernah tinggal di Jogja dia udah tau UGM kaya apa, saya dan Dewa tetep ngotot pengen main ke UGM. Dan, saya juga punya tujuan.. Saya mau ketemuan sama temen blog saya hehe.




Ariawan, Saya, dan Dewa di gerbang UGM


Oke, jadi kita berangkat sekitar jam 9an dari penginapan, kami naik trans jogja ke UGM gak terlalu lama sih, walau terhitung jauh juga dari Malioboro. UGM itu keliatan luaaaaaaaaaaas tapi tapi tapi, memang bangunannya masih bangunan lama dan ada beberapa ilalang yang belum dipangkas... Tapi gimanapun jalanan utamanya luas... Katanya sampe disebut “boulevard” eh ya macam itu lah yah, aku lupa. Terus lampu-lampu jalanannya bagus, old style gitu lah saya suka.
Lalu kita foto-foto di depan grhanya, dengan membabi buta. Silakan dilihat beberapa gaya kami disini.




Kami membabi buta di Grha


Setelah foto-foto di grha kami menuju kantinnya anak sastra! Sebenernya saya udah ngabarin Damar dari hari sebelumnya, tapi karena hujan Damar gak sempat mampir ke Malioboro buat ketemuan. Waktu saya bilang hari ini saya mau ke UGM pun, dia bilang ada kuliah penuh dari pagi sampai jam 1-an, sedangkan saya sudah harus check out dari penginapan jam 2.. Kayanya mepet banget, dan di sms-sms terakhir saya bilang: “Yasudahlah yah kalo ternyata gak sempet ketemu”. Tapi ternyata, saya main di UGM sampe jam 1an dan saya ketemu sama DAMAR! HAHAHAHA. Ini dia foto aku sama damar, yeay!







Kami ngobrol-ngobrol lumayan lama dan setelahnya aku harus pulang karena harus check out dari hotel. Kami pulang menuju hotel dengan perasaan yang sama: “Aduh, gw masih belom pengen balik ke Jatinangor nih, masih pengen di Jogja”. Saya, Dewa, dan Ariawan mengatakan hal yang sama diakhir-akhir keberadaan kita di penginapan. Setelah siap untuk check out, kami pergi dari penginapan dan menghabiskan waktu di jalan Malioboro untuk membeli oleh pada teman-teman dan diri sendiri hahaha.

Oh ya, karena kami jalan-jalan sudah bawa barang-barang, perjalanan terasa sedihkan melelahkan karena kami kemana2 jalan kaki dengan tas yg lumayan besar. Saya kelelahan dan Ariawan masih mau beli bakpia yang katanya lagi-lagi “deket kok”, eh tapi ternyata jauhnyoooo bukan main! Mana sore hari itu panas menyengat! Haduh, saya pikir gak apa-apa deh, nanti di bis tidur aja terus.
Setelah beli bakpia, kami langsung menuju ke Pool Kramat Djati di Pasar Terban dan...

Selamat Tinggal Jogja! Terima kasih Jogjakarta, saya cinta kamu. Terima kasih atas segala memori yang kau beri!