“Excellence is a habit not a singular act. You are what you repeatedly do.” By Shaquille O’Neal
Kata-kata diatas diucapkan oleh Shaquille O’Neal, dia bukanlah seorang pujangga atau seorang filsuf, dia adalah seorang atlit basket. Kata-kata diatas mengetuk hati saya, karena memang pada kenyataannya kata-kata dia ada benarnya. Kalau dalam Bahasa Indonesia mungkin intinya sama dengan “bisa karena terbiasa”, betul bukan? Karena kita sering melakukan hal tersebut, maka lambat laun kita mampu menguasai hal tersebut.
Posting kali ini, sebenarnya saya ingin memotivasi diri saya sendiri. Namun karena saya suka menulis, saya tuangkan ide saya ini ke dalam blog, agar orang yang membaca pun (mudah-mudahan) bisa termotivasi juga.
Saat ini saya adalah seorang mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Saat ini saya berada pada semester 3 dan bahasan dari mata kuliah yang ada sudah tentu lebih sulit daripada sebelumnya. Saya menyadari bahwa hampir buku yang digunakan untuk mata kuliah semester 3 lebih banyak yang menggunakan Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia. Buku Bahasa Indonesia mungkin hanya 1-2 buku saja, sisanya adalah buku dalam Bahasa Inggris.
Jadilah, tugas saya disemester 3 ini diisi dengan chapter review dari buku-buku tersebut. Hampir setiap minggu, tugas yang saya hadapi adalah seperti ini: Menerjemah dan menuliskannya kembali di kertas folio, kadang dibatasi pada 1 folio atau minimal 2 halaman folio. Walaupun saya akrab dengan Bahasa Inggris tetapi saya merasa bosan apabila harus terus-terusan menerjemah. Kadang saat saya mengerjakan tugas, baru menerjemah 2 paragraf saja rasanya sudah bosan. Ingin pergi ke kamar mandi untuk cuci muka, ingin mengobrol dengan teman, atau ingin membaca komik. Pokoknya apa saja yang penting saya tidak harus menerjemah lagi.
Saya sempat menelpon Mama untuk sekedar bercerita tentang kejenuhan saya. Mama adalah seorang pengajar Bahasa Inggris, Mama pernah mengajar di tempat les Bahasa Inggris yang lumayan terkenal. Namun sekarang Mama sedang melanjutkan pendidikannya di jenjang S2. Mama sering berkata, “Mama juga pernah Nis kaya gitu. Nanti lama-lama juga kebiasaan kok. Kamu kan masih semester 3, nanti semester 4 juga udah jago kalo kamu rajin nerjemahin. Perhatiin kata per katanya, jangan asal nerjemah. Oke?”. Dan apa yang mama saya bilang persis seperti yang dikatakan Shaquille O’Neal.
Saya termotivasi, karena memang tidak ada suatu hal yang instant. Semua butuh proses dan latihan, dan apabila kita sungguh-sungguh maka hasilnya pun akan memuaskan. Sama seperti hobi, karena kita senang untuk menyalurkan hobi kita, maka lambat laun kita menjadi menguasai hobi kita. Para atlit renang, mampu memenangkan perlombaan, mampu menyelesaikan lintasan dalam waktu tempuh yang cepat adalah karena atlit renang tersebut latihan dengan rutin. Seorang dokter dapat dengan baik mengoperasi pasiennya adalah karena dia latihan dengan baik dan melalui seluruh prosesnya sebagai dokter. Perkembangan skill manusia memerlukan proses dan latihan. Memerlukan sebuah kerutinan dalam latihannya.
Saat ini yang ada dalam otak saya adalah: “Give the best, but prepare for the worst”. Karena kadang dalam proses tersebut kita menemukan keberhasilan dan kegagalan. Tidak semua proses berjalan mulus. Kadang kita mengalami kesalahan berkali-kali, namun kita tidak boleh jatuh. Kita harus tetap berusaha. Karena dari kesalahan tersebutlah kita belajar dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Kita tahu letak kelemahan kita, dan kita mencoba untuk menutupinya di latihan yang berikutnya.
Memang seperti itulah manusia dan hidupnya. Tidak lepas dari sukses dan gagal, tidak lepas dari bosan dan senang, dan tidak lepas dari sebuah proses dan pembelajaran.
Iiih kok gw disini kaya orang sok bijak yah. Males. :(
No comments:
Post a Comment
Thank you :)