Monday, October 05, 2009

Jejak Sejarah: Kepulauan Seribu

Tahun ini liburan lebaran saya tidak diisi dengan mudik ke kampung halaman saya, Surabaya. Bukannya tidak ingin mudik, tapi karena beberapa bulan yang lalu saya dan keluarga sudah sempat berkunjung ke Surabaya, jadi lebih baik kali ini tidak melancong ke sana.

Saya dan Ibu saya berpikir untuk mengisi liburan lebaran kali ini dengan jalan-jalan. Ke suatu tempat wisata yang belum pernah kami kunjungi. Saya mengusulkan untuk ke Pantai Batu Karas, Pangandaran namun Ibu saya memprediksi tentang kemacetan yang akan kita hadapi dan Ibu saya inginnya tidak usah menginap. Karena saya ini pecinta berat pantai, saya agak kecewa mana ada pantai yang dekat dan tidak usah menginap? Kalaupun dipaksakan menginap, pasti akan sangat kelelahan, terutama supirnya. Dan, pantai terdekat dari Bogor itu sudah jelas adalah Ancol. Tapi apa yang bisa kita harapkan dari sebuah pantai di Ancol? Kotor, cek. Bau, cek. Banyak sampah, cek. Sampai akhirnya saya mencari di Google dengan keyword: Pulau Onrust.

Suatu saat, saya pernah tahu mengenai Pulau Onrust yang lokasinya berada di kepulauan 1000. Dijelaskan bahwa Pulau Onrust merupakan pulau yang sering berganti-ganti fungsinya pada masa zaman penjajahan dahulu. Dan masih banyak puing-puing yang tertinggal di Pulau Onrust ini. Karena lokasinya di kepulauan 1000, maka saya pikir mungkin akan menyenangkan apabila bertandang ke pulau-pulau lain di sekitar Pulau Onrust. Ternyata, setelah membaca begitu banyak artikel tentang pulau Onrust dan kepulauan 1000, Pulau Onrust tidak bisa disebut sebagai pulau yang dapat kita nikmati keindahannya karena hanya berisi puing-puing saja.

Akhirnya, saya menentukan untuk pergi ke pulau lain saja, yaitu Pulau Bidadari. Dari situs-situs tour&travel kepulauan 1000, memang masih ada pulau-pulau lain yang bisa kami datangi seperti Pulau Ayer, Pulau Putri, dll. Tapi karena paket ke Pulau Bidadari paling murah, maka saya menentukan untuk pergi kesana saja.

Kami berangkat pukul 05.30 wib dari Bogor, jalanan di Kota Jakarta sangat lengang dan membuat saya dan keluarga sampai pukul 06.30 di Dermaga Ancol. Kapal yang akan mengantarkan kami ke pulau Bidadari hanya berangkat pada pukul 13.00 dan kembali pada pukul 16.00. Perjalanan dari dermaga ke Pulau Bidadari hanya memakan waktu selama 1 jam, karena Pulau Bidadari adalah Pulau yang paling dekat dibanding pulau-pulau lain di Kepulauan 1000.







Saya dan Orang Tua di Pulau Bidadari


Sesampainya disana, saya dijelaskan oleh tour guide bahwa kegiatan di Pulau Bidadari hanyalah jetski (untuk olahrga air), tidak bisa snorkeling karena airnya kurang jernih, lalu ada kegiatan-kegiatan lain seperti tenis, basket, dll yang sebenarnya menurut saya sangat membosankan. Intinya ternyata kegiatan disini tidak terlalu banyak. Berjalan mengelilingi pulau dan menikmati indahnya pantai adalah hal yang paling bisa dilakukan disini.


Kemudian saya dan keluarga memutuskan untuk mampir di Pulau Onrust. Untuk ke Pulau Onrust, kami masih harus menyewa kapal lagi. Saya lupa harus bayar berapa, tapi hitungannya termasuk mahal. Jaraknya juga tidak terlalu jauh.









Beberapa runtuhan di Pulau Onrust


Sesampainya di Pulau Onrust, tempatnya agak kurang bersih. Banyak sampah dan anjing disana. Membuat para pendatang tidak terlalu nyaman untuk duduk-duduk atau berlama-lama disana. Banyak sisa-sisa bangunan di pulau ini yang sedikit memberikan kesan mistis. Dan di pulau ini juga tersedia museum yang menceritakan sejarah dari Pulau Onrust. Seperti yang saya katakan di awal, Pulau Onrust ini sering berganti-ganti fungsi. Pulau Onrust pernah menjadi tempat karantina jama’ah haji, rumah sakit, tempat persinggahan, galangan kapal bahkan penjara. Di museum ini juga diceritakan bahwa Pulau Onrust pernah hancur akibat ledakan Gunung Krakatau.

Mengapa namanya Pulau Onrust? Onrust ini merupakan Bahasa Belanda, yang artinya tidak pernah beristirahat. Karena pada awalnya Pulau Onrust ini ditemukan, pulau ini terus-terusan ramai karena adanya kapal-kapal yang datang dan beroperasi di Jayakarta.

Seperti itulah kira-kira cerita Pulau Onrust. Saya tidak berkunjung ke pulau-pulau lain karena masalah biaya. Untuk anda yang mengharapkan liburan ke pantai yang mengasyikkan mungkin ini bukan pilihan, tapi apabila anda penasaran dan ingin datang kesini. Cobalah, setidaknya dapat memperluas cakrawala kita tentang sejarah Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Thank you :)